Padepokan IM Gunung Salak

ACEH UTARA, KOMPAS.com – Pengembangan obyek wisata Gunung Salak di Kecamatan Nisam Antara, dengan obyek wisata Air Terjun Tujuh Bidadari di Kecamatan Simpang Keramat, Kabupaten Aceh Utara terkendala lahan.

Pasalnya, seluruh lahan di kawasan itu milik awak masyarakat dengan petani alam tersebut. Sehingga, pemerintah tak bisa membangun sarana dan prasana pendukung kawasan wisata di atas lahan pribadi masyarakat.

“Kendalanya di lahan. Kalau membangun sarana dengan prasarana harus dilahan milik pemerintah. Kita tidak punya kapling di dua obyek wisata itu,” sebut Kepala Bidang Pariwisata, Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata, Kabupaten Aceh Utara, Cut Erni Ferita, dihubungi melalui WhatsApp, Senin (4/2/2019).

Dia menyebutkan, untuk wisata pantai relatif telah ditata seperti Pantai Bantayan, di Kecamatan Seunuddon, Kabupaten Aceh Utara. Untuk wisata alam, sambungnya, masih dipikirkan solusi terbaik buat penataan.

Baca juga: Pasca-semburan Lumpur di Aceh Utara, 10 Keluarga Masih Mengungsi

“Dana alun-alun kan sangat terbatas, kendalanya lahan. Artinya kan harus divestasi (modal) lahan, nah kita belum ada sejauh ini,” sebutnya.

Untuk pembenahan wisata alam, tahun ini sambungnya hanya dilakukan pembangunan gapura di obyek wisata Air Terjun Blang Kolam, di Kecamatan Kuta Makmur, Kabupaten Aceh Utara.

“Ke depan, semoga daerah memiliki dana memedai. Karena kesiapan masyarakat kita sudah sangat bagus untuk mengacara wisatawan dengan ini industri yang menjanjikan dan berakhir peningkatan ekonomi masyarakat sekitar kawasan wisata,” pungkasnya.